Nih Pengembangan Daerah Pantai Berdasarkan Goemorfologi

Pengambangan Kawasan Pantai Yang Berhubungan Dengan Geomorfologi

Wilayah pantai pada dasarnya terbentuk dari proses geologi yaitu proses endogen dari dalam bumi, dan proses exogen dari luar bumi.

Endogen bermula dari dalam bumi antara lain gempa bumi, letusan gunung berapi. Proses tersebut akan membentuk bumi lautan dan gunung. Sedangkan untuk proses exogen diprakarsai oleh pancaran sinar matahari, aktivitas atmosfir tanah, erosi oleh air/angin/es, transport sediment, dan sedimentasi di banyak sekali tempat.

Berbicara dimasa modernisasi dikala ini populer dengan pemanasan global. Ini merupakan pecahan dari aktifitas iklim dan cuaca secara global yang penyebabnya tidak gampang untuk diketahui dengan niscaya antara lain oleh :
 - menaiknya intensitas radiasi matahari (?)
- variasi dari perputaran bumi, dan berubahnya sumbu bumi (?)
- faktor geologi : berkurangnya ketinggian daratan oleh banyak sekali lantaran sehingga berkurangnya curah hujan, berkembangnya tudung es di ketinggian sehingga turut “memanaskan” bumi secara global
- menaiknya jumlah karbon dioxida di udara oleh banyak sekali faktor; sebaliknya menurunnya karbon dioxida yang disertai dengan naiknya permukaan daratan ke elevasi yang lebih tinggi akan sanggup menurunkan suhu bumi dan menimbulkan glasiasi
- pergerakan benua ke arah wilayah yang labil tinggi temperaturnya juga sanggup mengakibatkan melelehnya es.

Selama masa Holosen sampai kini dikenal beberapa kali perubahan iklim global. Setelah masa glasiasi final diikuti dengan menaiknya suhu udara kira-kira pada 8000 tahun yang kemudian dan berjalan selama 3000 tahun; suhu udara diperkirakan 2,5o C di atas suhu sekarang.

Periode tersebut diikuti oleh periode glasiasi dari 5000 – 2000 tahun yang lalu, dengan penurunan muka laut jauh di bawah muka laut sekarang. Dari periode 2000 tahun yang kemudian sampai kini sanggup dilacak kondisi iklim/cuaca dengan lebih baik lantaran adanya pencatatan pada waktu sejarah di banyak sekali tempat.

Tahun 1000 – 1200 merupakan periode hangat; tahun 1450 – 1850 udara sedikit mendingin dan terdapat ekspansi sedikit dari zaman es. Dari tahun 1880 – 2000 terdapat tanda-tanda kenaikan suhu udara.

Wilayah pantai merupakan wilayah pertemuan antara daratan dan lautan. Perubahan-perubahan yang terjadi sebagai akhir proses endogen dan exogen akan sanggup terlihat pada wilayah tersebut, baik perubahan dari geomorfologi, proses-proses erosi dan sedimentasi, jenis tanah dan batuan sedimen yang terbentuk, kondisi hidrogeologi, banyak sekali proses tragedi alam, dan perubahan ekosistem maupun lingkungan manusia.

Wilayah pantai yang umumnya datar, berbatasan dengan laut, banyak sungai, airtanah yang relatif dangkal, serta terkadang mengandung mineral ekonomis, berpandangan indah dan memiliki terumbu karang tentu sangat menarik dan sanggup mendukung banyak sekali pembangunan. Kota-kota, pelabuhan, pertanian dan perikanan, wisata bahari, daerah industri, bahkan kadang kala penambangan mineral dan materi bangunan sanggup berkembang di wilayah pantai. Banyak kota besar, kota pelabuhan, kota perdagangan, dan ibu kota negara atau ibu kota daerah berada di sana.
Pemanasan global yang berakibat naiknya muka laut dengan demikian akan sanggup menimbulkan dampak yang serius bagi wilayah pantai tersebut.

JENIS-JENIS PANTAI

Akibat dari proses geologi diatas maka pantaipun menjadi beberapa macam bentuk. Ada pantai yang berbentuk dataran yang landai baik yang sempit maupun yang lebar, atau pantai yang bertebing terjal dan berbatu-batu, dan berteluk-teluk. Berikut ini beberapa ulasan mengenai bentuk pantai:

Bentuk Dan Genesa Pantai

Johnson mengenali banyak sekali bentuk pantai antara lain :
1) Pantai bertebing terjal dan berteluk-teluk (fyord) :
Pantai berbatasan pribadi dengan kaki bukit/gunung atau dengan dataran yang sempit. Teluk-teluk berselingan dengan punggungan bukit dengan banyak sekali struktur geologi menyerupai struktur lipatan, patahan, komplex, atau gunungapi. Dasar laut umumnya terjal, pribadi ke laut dalam. Gejala demikian terlihat di Dalmasia, Spanyol, Pasifik Selatan, dan mungkin juga di Indonesia pecahan Timur. Hal tersebut disebabkan oleh tenggelamnya wilayah tersebut oleh genangan airlaut (submergence).

2) Pantai berdataran yang luas dan panjang :
Pantai ini memiliki ciri adanya dataran yang luas. Banyak yang lurus, dasar laut yang relatif dangkal dan merupakan hasil endapan sedimen dari daratan, dengan kemiringan kearah laut dalam secara gradual.
Kerja gelombang di pantai menghasilkan banyak sekali morfologi menyerupai pematang pantai (barrier bars) laguna (lagoon) dengan “tidal inlet”, dan delta

Banyak dari tanda-tanda tersebut di atas dibuat lantaran munculnya dasar laut, ke permukaan.
Dalam perkembangannya, kedua jenis pantai tersebut sanggup berelevasi ke banyak sekali bentuk pantai.
Selain kedua jenis pantai tersebut, yang bentuk-bentuknya dipengaruhi oleh kondisi muka laut, maka terdapat pula bentuk-bentuk pantai yang lain:

3) Delta, dataran aluvial, dan “Outwosh Plain”.
Delta merupakan dataran di muara sungai yang terbentuk sebagai akhir dari endapan sedimen di laut yang berasal dari sungai. Berbagai bentuk delta dikenal tergantung kepada kondisi morfologi sungai, morfologi dataran, arah gelombang laut, kedalaman laut, dsb.
Dataran Aluvial merupakan wilayah yang datar atau hampir datar yang terbentuk oleh endapan yang dibawa air. Beberapa jenis bentuk “dataran aluvial” antara lain :

a. Kipas aluvial, berbentuk “kipas” dengan apex berada pada pecahan hulu dan kakinya berada di pecahan hilir. Umumnya berada pada perbatasan antara wilayah pegunungan/perbukitan dengan wilayah dataran. Kemiringan lereng bervariasi antara 0o – 30 o, makin ke hilir makin mendatar.

b. Dataran sungai; merupakan dataran di dalam badan sungai yang terbentuk oleh sedimentasi (point bars). Endapan sanggup berupa bongkah, kerakal, kerikil, pasir, lanau, danlempung.

c. Dataran banjir; berupa dataran yang luas yang berada pada kiri kanan sungai yang terbentuk oleh sedimen akhir limpasan banjir sungai tersebut. Umumnya berupa pasir, lanau, dan lumpur.

d. Dataran pantai; suatu dataran di tepi pantai yang terbentuk oleh endapan akhir gelombang laut di dikala kondisi pasang dan surut. Umumnya berupa bongkah, kerakal, dan pasir.

e. Dataran rawa; merupakan dataran bekas rawa-rawa bersahabat pantai, terbentuk sebagai akhir dari kondisi surut muka laut atau naiknya permukaan daratan (emmergence). Terdiri dari tanah pasir halus, lumpur, dan lumpur/tanah organik, gambut.

Segala jenis endapan di wilayah dataran tersebut beliau tas umumnya bersifat lepas, lunak, lembek, belulm tersemen berpengaruh sehingga bersifat lolos air, gampang terkikis, gampang ambles khususnya yang bersifat lempung dan organik.

BUDIDAYA DI WILAYAH PANTAI

Daya Dukung Wilayah Pantai

Kawasan pantai umumnya merupakan wilayah yang merupakan koridor pembangunan yang diminati. Hal tersebut disebabkan lantaran wilayah tersebut mengandung banyak hal yang memberi kemudahan dan memberi daya dukung untuk pembangunan. Kemudahan dan daya dukung tersebut yaitu :

1) Wilayah pantai sebagian besar merupakan wilayah dataran dengan kemiringan lereng yang datar atau hampir datar, sehingga gampang dicapai dan banyak pembangunan sanggup dilaksanakan.

2) Berbatasan dengan laut sehingga di beberapa tempat sanggup dikembangkan menjadi pelabuhan sehingga sanggup terjalin komunikasi ke luar pulau, serta adanya wilayah penangkapan dan budidaya perikanan laut.

3) Banyak sungai mengalir dan bermuara di wilayah pantai ini. Sungai sanggup menjadi sumbu air tawar, dan muara sungai menjadi wilayah pelabuhan.

4) Tanah di wilayah dataran pantai memiliki tanah yang lunak, gembur, berpori sehingga sanggup menjadi akifer air tanah yang baik dan dangkal dibandingkan dengan wilayah pegunungan. Tanah yang lunak dan gembur merupakan tanah yang relatif gampang digarap menjadi daerah pertanian dan sawah.

5) Wilayah pantai yang merupakan pertemuan antara daratan dan lautan pada umumnya memiliki pemandangan yang indah dan mempesona, sehingga sanggup bermetamorfosis daerah pariwisata bahari, lebih-lebih jikalau terdapat terumbu karang.

6) Wilayah pantai merupakan banyak sekali ekosistem menyerupai wilayah hutan bakau, terumbu karang, laguna, serta gua-gua pada tebing terjal di pantai, muara sungai/delta, dan pantai landai berpasir.

Budi Daya Wilayah Pantai

Kondisi wilayah pantai yang demikian menjadikan wilayah tersebut sering merupakan titik permukaan pengembangan wilayah selanjutnya. Banyak kota-kota renta di Dunia dan di Nusantara berawal dari wilayah pantai ini menyerupai Mesir, Babilonia, Sriwijaya, Sunda Kelapa, Semarang, dsb. Juga pulau-pulau kecil yang letaknya strategis sanggup bermetamorfosis daerah yang disegani menyerupai P. Malta dilaut Mediteran, P. Singapura, P. Hongkong, dsb.

Selanjutnya, atas banyak sekali pertimbangan ekonomi, pertahanan, perdagangan, manajemen pemerintaha, dll. Wilayah pantai sanggup bermetamorfosis kota pelabuhan, ibu kota daerah/negara, daerah permukiman, daerah industri. Pusat listrik tenaga uap (PLTU), daerah nelayan, pertanian, olah raga air dan bahari, dan daerah pariwisata, bahkan lantaran kondisi geologi tertentu menjadi daerah pertambangan. (Cilacap, Bangka/Biliton/Singkep, dsb.).

Jakarta yang terletak di wilayah pantai yang datar dan luas – menjadi ibu kota negara R.I. dengan pembangunan di wilayah pantai berupa pelabuhan, PLTU, kota pantai, pariwisata dan rekreasi pantai, gedung-gedung pemerintahan dan perdagangan, waduk-waduk pengendali banjir, permukiman dan tambak.
Kota lain menyerupai Semarang, Surabaya, Ujung Pandang juga terletak di dataran pantai dan juga bermetamorfosis kota besar bahkan kota metropolitan dengan banyak sekali fasilitasnya.

Kota Palembang, yang terletak di tepi sungai Musi, juga sanggup mengalami dampak yangsama sebagai akhir dari kenaikan muka air laut secara global tersebut. Air pasang yang masuk ke dalam sungai Musi akan sanggup menjadi banjir yang menggenangi wilayah endapan aluvial dan rawa-rawa di sekitarnya; perlu diingat pula bahwa di tepian sungai Musi di seberang kota Palembang terdapat kota pengolahan dan pelabuhan wilayah yang besar yaitu Plaju dan Sungai Gerong.

DAMPAK KENAIKAN MUKA AIR LAUT

Kenaikan muka air laut secara global tentu saja akan banyak pengaruhnya di seluruh wilayah pesisir baik di Indonesia maupun di dunia. Indonesia sebagai negara kepulauan dan maritim tentu saja akan mengalami dampak yang luar biasa besarnya, tergantung kepada seberapa besar kenaikan tersebut. Berikut ini beberapa butir dampak yang mungkin terjadi yaitu dampak terhadap “geologi” dan dampak terhadap sosial, ekonomi.

Dampak Terhadap Geologi

1) Berkurangnya luas tanah dataran sebagai akhir dari invasi air laut terhadap daratan.
2) Invasi air laut ke daratan mengakibatkan terjadinya erosi sepanjang tepi pantai.
3) Banyak terumbu karang di pantai yang menjadi karam lebih dalam di bawah muka laut.
4) Abrasi pantai yang terjadi sanggup diikuti oleh tanda-tanda longsoran sepanjang tebing pantai, dan mengakibatkan banyak terjadi sedimentasi pula.
5) Invasi muka laut ke arah daratan akan memperpendek ajaran sungai dan amengakibatkan gradien sungai menjadi lebih besar: lantaran sungai menjadi lebih pendek; hal tersebut akan menimbulkan sedimentasi yang besar di muara sungai masing-masing.
6) Invasi air laut ke daratan akan menimbulkan kenaikan muka airtanah tetapi sekaligus juga mengakibatkan intrusi air laut lebih mengarah ke daratan.
7) Secara keseluruhan kenaikan muka air laut sebagai akhir dari pemanasan global akan menimbulkan perubahan terhadap peta daratan dunia dan tentu saja Indonesia serta kondisi geologi dan hidrogeologi wilayah pantai.

Dampak Terhadap Sosial – Ekonomi

Dampak kenaikan muka laut selain menimbulkan perubahan-perubahan kondisi geologi menyerupai tersebut di atas – yaitu perubahan letak garis pantai, menyempitnya dataran pantai, banyaknya insiden longsoran tebing pantai, meluasnya intruai air asin ke arah darat, tenggelamnya terumbu karang, dsb. – tentu saja akan mempengaruhi ekosistem secara keseluruhan. Tidak luput pula mempengaruhi kepada kondisi dan contoh pembangunan infra struktur yang menanjak kehidupan modern di masa datang. Seperti yang dikemukakan dalam pecahan terdahulu bahwa wilayah dataran pantai merupakan wilayah yang banyak mendukung pengembangan pembangunan, permukaan tanah yang datar atau hampir datar, tempatnya yang berbatasan dengan laut, banyak sungai mengalir, air tanah tawar yang relatif dangkal, kemudahan untuk dikerjakan, bahkan kadang kala mengandung mineral ekonomis, terumbu karang, serta pemandangan yang indah.

Wilayah yang demikian itu mendukung perkembangan banyak pembangunan dan menarik orang untuk memanfaatkan wilayah tersebut untuk banyak sekali pengembangan lingkungan binaan : banyak sekali daerah permukiman, daerah pertanian/sawah/dan perikanan, daerah industri bahkan pertambangan, wisata pantai dan bahari, banyak sekali pendayagunaan laut dan pantai, serta banyak sekali sarana dan prasarana (pelabuhan, tenaga listrik, transportasi, dsb.).

Dengan terjadinya kenaikan muka laut maka dikhawatirkan terjadi infasi air laut terhadap segala infrastruktur danlingkungan binaan tersebut di atas. Tidak hanya itu, tetapi juga banyak sekali ekosistem yang ada di wilayah pantai tersebut akan terganggu dan berubah. Sangat diperlukan bahwa perubahan tersebut tidak terjadi terlalu mendadak tetapi berangsur sehingga perubahan tersebut sanggup berjalan secara evolusi sehingga terjadi pembiasaan ekosistem secara masuk akal termasuk pembiasaan insan terhadap perubahan tersebut.

Semoga dengan adanya bacaan wacana Pengambangan daerah pantai dan beberapa jabaran wacana pantai diatas sanggup menjadikan ilham untuk kita semua untuk mengerti betapa pentingnya pantai di Indonesia untuk kesejahteraan kita semua. Mari jaga pantai kita supaya tetap higienis dan bermanfaat untuk sesama.
Next Spot: Ibu Rumah Tangga Pesisir Jepara

Belum ada Komentar untuk "Nih Pengembangan Daerah Pantai Berdasarkan Goemorfologi"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel