Nih Zooplankton Dan Fitoplankton

Plankton tidak saja penting bagi kehidupan ikan baik eksklusif maupun tidak langsung, akan tetapi penting juga bagi segala jenis binatang yang hidup di dalamnya, baik air payau, tawar maupun air laut. Tanpa plankton khususnya fitoplankton sebagai produksi primer tidak akan mungkin terjadi kehidupan binatang didalam maritim dari permukaan hingga kedasarnya.

Dasar ketergantungan zooplankton dan fitoplankton dalam melengkapi bahan-bahan organik menawarkan suatu korelasi yang kompleks sehingga terbentuk sebuah rantai makanan yang disebut foot web, sifat khas rantai makanan memiliki imbas yang penting dalam memilih jumlah produksi ikan diberbagai daerah.

Untuk melengkapi dan menambah pengetahuan dalam mempelajari ataupun mengidentifikasi plankton perlu diadakan studi eksklusif dilapangan untuk mendapat data dan sebagai materi perbandingan dengan teori yang ada untuk menarik suatu kesimpulan yang logis. Oleh lantaran itu kegiatan praktek lapang dan pengidentifikasian baik secara eksklusif maupun tidak eksklusif perlu dilakukan biar mendapat hasil yang maksimal.

Tujuan dan Kegunaan
Adapun tujuan dari pelaksanaan praktikum ini ialah :
1. Untuk mengetahui jenis-jenis plankton secara umum
2. Untuk mengetahui teknik atau cara pengambilan sampel di dalam air
3. Untuk mengetahui cara menghitung beberapa inideks yang terkait dengan kelimpahan dan distribusi plankton


Kini, dengan kemajuan teknik penyaringan yang sanggup lebih baik memilah-milah partikel yang sangat halus, penggolongan plankton menurut ukurannya lebih berkembang. Ukuran plankton sangat beraneka ragam, dari yang sangat kecil hingga yang besar. Penggolongan di bawah ini diusulkan oleh Sieburth dkk. (1978) yang sekarang banyak diacu orang.

1. Makroplankton (2-20 mm)
Contohnya ialah Pteropods; Chaetognaths; Euphausiacea (krill); Medusae; ctenophores; salps, doliolids and pyrosomes (pelagic Tunicata); Cephalopoda.
2. Mesoplankton (0,2-2 mm)
Sebagian besar zooplankton berada dalam kelompok ini, ibarat metazoans; copepods; Medusae; Cladocera; Ostracoda; Chaetognaths; Pteropods; Tunicata; Heteropoda.
3. Mikroplankton (20-200 µm)
Contohnya adalah: eukaryotic protist besar; kebanyakan phytoplankton; Protozoa (Foraminifera); ciliates; Rotifera; metazoans muda – Crustacea (copepod nauplii)
4. Nanoplankton (2-20 µm)
Plankton yang lolos dari jaring, tetapi lebih besar dari 2 µm. Atau berukuran 2-20 µm; Contohnya: eukaryotic protista kecil; Diatoms kecil; Flagellates kecil; Pyrrophyta; Chrysophyta; Chlorophyta; Xanthophyta
5. Picoplankton (0,2-2 µm)
Contohnya: eukaryotic protists kecil; bacteria; Chrysophyta
6. Femtoplankton (< 0.2 μm)
Contohnya: Virus laut

Komposisi dan Kelimpahan Plankton

Penyebaran fitoplankton lebih merata dibandingkan dengan zooplankton lantaran kondisi perairan yang memungkinkan produksi fitoplankton ibarat sifat fototaksis positif yang dimiliki dan menyenangi sinar dan mendekati cahaya. Lain halnya dengan zooplankton yang berpindah secara vertikal dan horizontal yang mengikuti perkembangan fitoplankton dan bersifat tidak menyenangi sinar dan cemderung menjauhi cahaya (Nybakken,1992). Crustacea merupakan jenis zooplankton yang terpenting bagi ikan-ikan baik di perairan tawar maupun perairan laut. Pada phylum Arthropoda, hanya crustacea yang sanggup hidup sebagai plankton dalam perairan. Zooplankton banyak terdapat di perairan pantai terutama akrab dengan muara sungai lantaran pada muara sungai banyak terdapat makanan zooplankton yaitu fitoplankton dan terdapat banyak zat hara yang terbawa oleh arus (Romimohtarto dan Juwana, 2001). Siklus pembelahan sel pada fitoplankton relatif lebih singkat daripada zooplakton. Sehingga untuk mencapai jumlah yang banyak bagi zooplankton diharapkan waktu yang lama. Selanjutnya dikatakan bahwa copepoda merupakan binatang pemakan fitoplakton yang sangat efisien dan ternyata sanggup menurunkan kepadatan populasi fitoplankton secara mencolok di perairan (Nybakken, 1992).

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penyebaran Plankton

1. Suhu
Suhu di lautan ialah salah satu faktor yang amat penting bagi kehidupan organisme di lautan, lantaran suhu mempengaruhi baik kegiatan metabolisme maupun perkembangan dari organisme. Oleh lantaran itu tidak mengherankan jikalau banyak dijumpai majemuk jenis binatang yang terdapat di banyak sekali tempat di dunia (Hutabarat dan Evans, 1985).

Plankton dari jenis fitoplankton hanya sanggup hidup dengan baik di tempat-tempat yang memiliki sinar matahari yang cukup. Akibatnya penyebaran fitoplankton besar pada lapisan permukaan maritim saja. Keadaan yang demikian memungkinkan untuk terjadinya proses fotosintesis. Sejak sinar matahari yang diserap oleh lapisan permukaan laut, maka lapisan ini relatif panas hingga ke kedalaman 200 m (Hutabarat dan Evans, 1985).

Walaupun Plankton potensial berbahaya menyebar luas secara geografis dan hal ini mengidentifikasikan adanya kisaran yang luas terhadap toleransi suhu, tetapi spesies alga potensial berbahaya tempat tropik memiliki toleransi yang rendah terhadap perubahan suhu. Kisaran suhu optimal bagi spesies alga potensial berbahaya ialah 250–300 C dan kemampuan proses fotosintesis akan menurun tajam apabila suhu perairan berada di luar kisaran optimal tersebut (Gross dan Enevoldsen, 1998 dalam Gosari, 2002).

2. Salinitas
Salinitas ialah konsentrasi rata-rata seluruh garam yang terdapat di dalam air laut. Konsentrasi ini biasanya sebesar 3% dari berat seluruhnya atau sering juga disebut belahan perseribu (permil) dan biasa ditulis dengan 35‰. Konsentrasi garam-garam ini jumlahnya relative sama dalam setiap contoh-contoh air laut, sekalipun mereka diambil dari tempat yang berbeda di seluruh dunia (Hutabarat dan Evans,1985).

Hampir semua organisme maritim sanggup hidup pada tempat yang memiliki perubahan salinitas yang sangat kecil, contohnya tempat estuaria ialah tempat yang memiliki salinitas rendah lantaran adanya sejumlah air tawar yang masuk yang berasal dari daratan dan juga disebabkan lantaran adanya pasang surut di tempat ini kisaran salinitas yang normal untuk kehidupan organisme di maritim ialah berkisar antara 30-35 ppm (Gosari, 2002).

Perubahan salinitas yang sanggup mempengaruhi organisme terjadi di zona intertidal melalui dua cara. Yang pertama lantaran zona intertidal terbuka pada ketika pasang surut dan kemudian digenangi air atau fatwa air tanggapan hujan lebat, kesudahannya salinitas akan turun secara drastis (Nybakken, 1992).

3. Potensial Hidrogen (pH)
pH merupakan pengukuran asam atau basa suatu larutan. Keasaman terjadi lantaran berlebihnya ion H+ pada suatu larutan, sedangkan alkalinitas terjadi lantaran berlebihnya ion OH- pada suatu larutan. Potensial hidrogen atau sifat keasaman atau basa (alkalinitas) suatu larutan sangatlah penting dalam faktor kelarutan dalam air maritim terutama terhadap pengendapan mineral atau unsur-unsur dan kehidupan organisme pada suatu kondisi tertentu (Hutabarat dan Evans, 1985).

Derajat keasaman (pH) ialah nilai logaritma ihwal besarnya konsentrasi ion hidrogen sehingga menawarkan kondisi air atau tanah tersebut basa atau asam. Pada umumnya kedalaman dasar juga mencirikan nilai pH dari air maritim dan substrat dasarnya sehingga sanggup diketahui bahwa tingkat keasaman pada tempat yang lebih dalam akan lebih rendah dibandingkan pada tempat yang lebih dangkal (Usman, 2006).

4. Arus
Menurut Hutabarat dan Evans (1985), arus merupakan pergerakan massa air yang disebabkan oleh adanya perbedaaan densitas atau angin. Arus sanggup dibagai menjadi arus permukaan dan arus upwelling. Arus sanggup disebabkan oleh angin, juga dipengaruhi oleh faktor topografi dasar laut, pulau-pulau yang ada disekitarnya, gaya coriolis dan perbedaan densitas air laut.

Arus merupakan gerakan mengalir suatu massa air yang sanggup disebabkan oleh tiupan angin, atau lantaran perbedaan densitas air maritim atau sanggup pula disebabkan oleh gerakan gelombang panjang termasuk pasang surut (Nontji, 2005).

5. Kekeruhan
Kekeruhan menggambarkan sifat optik air yang ditentukan menurut banyaknya cahaya yang diserap dan dipancarkan bahan-bahan yang terdapat dalam perairan. Kekeruhan air sanggup disebabkan oleh lumpur, partikel tanah, serpihan tanaman, dan fitoplankton. Kekeruhan yang tinggi menimbulkan pertumbuhan organisme yang beradaptasi pada air yang jernih menjadi terhambat dan sanggup pula mengakibatkan janjkematian lantaran mengganggu proses respirasi (Hutagalung et al., 1997).

6. DO
Oksigen yang terdapat dalam air maritim terdiri dari dua bentuk senyawa, yaitu terikat dengan unsur lain dan sebagai molekul bebas. Kelarutan molekul oksigen yang terdapat dalam air maritim dipengaruhi secara fisika, sebagai teladan kelarutannya sangat dipengaruhi oleh suhu air. Sumber utama oksigen dalam air maritim berasal dari udara melalui proses difusi dan dari hasil fotosintesis fitoflankton pada siang hari faktor-faktor yang sanggup menurunkan kadar oksigen dalam air maritim ialah kenaikan suhu air, respirasi (khususnya malam hari), adanya lapisan minyak di atas permukaan air maritim dan masuknya limbah organik yang gampang terurai (Hutagalung et al., 1997).

Faktor lain yang mempengaruhi penyebaran plankton ialah faktor kimiawi. Menurut Sachlan (1972), penyebaran plankton dalam perairan dipengaruhi oleh sifat fototaksis. Fitoplankton bersifat fototaksis positif, dan zooplankton bersifat fototaksis negatif.

Metode Perhitungan Plankton

Peralatan yang dipakai dalam perhitungan sampel yaitu:
1. Haemocytometer. (Omori dan Ikeda, 1992)
Haemacytometer merupakan gelas-objek atau gelas preparat yang kalau dilihat dari samping akan terlihat pada permukaan belahan tengah agak lebih rendah bila dibandingkan dengan belahan kiri-kanannya. Selisih perbedaan permukaan ini tertulis pada alat tersebut sebagai “depth”. Tertulis : depth = 0,100 mm. Ukuran kotak yang terbentuk dari garis-garis yang bersilangan dalam keadaan bersama-sama 1 mm × 1 mm, sehingga luas permukaan yang bergaris ialah 1 mm2 (Nontji, 2008). Untuk menghitung jumlah plankter, mula-mula air sampel yang telah diambil di lapangan diteteskan di atas permukaan Haemacytometer belahan tengah, kemudian ditutup dengan cover glass sehingga air akan menutupi permukaan Haemacytometer bergaris (Nontji, 2008).

Karena luas permukaan yang bergaris ialah 1 mm2 dan tinggi air 0,1 mm (depth), maka volume airnya: 1 mm2 × 0,1 mm = 0,1 mm3 atau 0,0001 c. Dengan menghitung jumlah plankter di dalam ruang di atas permukaan bergaris tersebut, maka sanggup diketahui jumlah individu plankton per cc air (Nontji, 2008).

2. Bolgorov (Omori dan Ikeda, 1992 )
Pengamatan dengan alat ini ditujukan bagi zooplankton dengan memakai mikroskop binokuler perbesaran 40 x

Kelimpahan Fitoplankton & Zooplankton
K = n x 1/f x 1/v

Dimana:
K = Nilai kelimpahan plankton (ind/liter ; sel/liter)
N = Jumlah jenis plankton hasil pencacahan (ind;sel)
f = fraksi yang dipergunakan
v = volume air tersaring (liter)

Metode Pengambilan

Menurut Nontji (2008), pengambilan teladan fitoplankton semenjak usang orang memakai jaring plankton (plankton net), kemudian berkembang dalam banyak sekali variasi bentuk dan ukuran. Dalam pengoperasiannya jaring plankton sanggup ditarik horizontal permukaan maritim dari kapal atau perahu, dengan kecepatan rendah sekitar 2 knot (m/jam) selama beberapa menit. Berapa usang jaring ini ditarik memerlukan pertimbangan dan pengalaman sendiri dan diadaptasi dengan kondisi perairan setempat. Jaring plankton yang telah di angkat dari laut, harus segera disemprotkan dari luar plankton yang masih melekat pada belahan dalam tubuh jaring sanggup turun semua masuk ke botol penampung.

Pengambilan sampel di perairan dangkal (>10 m) dilakukan secara horizontal dengan menarik jaring selama 5 menit di bawah permukaan air. Di maritim yang relatif jeluk (>200 m), pengambilan fitoplankton hanya dibatasi mulai dari kejelukan 150 m ke atas hingga 0 m (permukaan laut), sedangkan untuk zooplankton, mulai dari kejelukan 200 m ke atas hingga permukaan maritim (0 m) (Nontji, 2008).

Sampling secara Horizontal
Metoda pengambilan plankton secara horizontal ini dimaksudkan untuk mengetahui sebaran plankton horizontal. Plankton net pada suatu titik di laut, ditarik kapal menuju ke titik lain. Jumlah air tersaring diperoleh dari angka pada flowmeter atau dengan mengalikan jarak di antara dua titik tersebut dengan diameter plankton net. Flowmeter untuk peningkatan ketelitian.

Sampling secara Vertikal
Meletakkan plankton net hingga ke dasar perairan, kemudian menariknya ke atas. Kedalaman perairan sama dengan panjang tali yang terendam dalam air sebelum dipakai untuk menarik plankton net ke atas. Volume air tersaring ialah kedalaman air dikalikan dengan diameter verbal plankton net.

Source by Ilmu ilmiah MUJIB ASSONIWORA

Belum ada Komentar untuk "Nih Zooplankton Dan Fitoplankton"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel