Nih Hisitopatologi Pada Insang Usus Dan Otot Ikan
Histopatologi yakni sebuah ilmu yang berafiliasi dengan penyakit. Ini merupakan cabang patologi yang berafiliasi dengan sifat perubahan jaringan penyakit. Patologi sendiri merupakan pengetahuan wacana perubahan fungsi dan struktur pada penyakit dimulai dari tingkatan molekuler bahkan hingga ke individu.
Insang terdiri dari dua rangkaian yang tersusun atas empat lengkungan tulang rawan dan tulang keras (holobrankhia) yang menyusun sisi faring. Masing-masing holobrankhia yang menonjol dari pangkal posterior lengkung insang. Hemibrankhia terdiri dari dua baris filamen tipis panjang yang disebut lamela primer. Lamela primer permukaannya mengalami ekspansi oleh adanya lamela sekunder yang merupakan lipatan semilunar yang menutupi permukaan dorsal dan ventral. Insang juga dilengkapi dengan lapisan sel-sel penghasil mukus dan sel-sel yang mengekresi amonia dan kelebihan garam. Pada belahan tepi tengah anterior dilengkapi stuktur (gill rakers) yang berperan menyaring partikel-partikel pakan (Roberts 2001).
Insang mempunyai beberapa glandula yang disebut dengan glandula brankhial. Glandula brankhial merupakan sel-sel epitel insang yang mengalami diferensiasi. Glandula tersebut yakni glandula mukosa dan glandula asidofilik (sel-sel khlorida). Glandula mukosa berupa sejumlah sel-sel tunggal berbentuk buah pear atau oval yang terletak pada lengkung insang, filamen insang maupun lamela sekunder. Glandula ini berfungsi menghasilkan mukus glikoprotein yang bersifat basa atau netral. Fungsi mukus tersebut antara lain: sebagai pertolongan atau proteksi, menurunkan terjadinya friksi atau gesekan, antipatogen, membantu pertukaran ion, membantu pertukaran gas dan air (Irianto 2005).
Secara mikroskopis pada lamela sekunder sanggup kita temukan eritrosit di dalam lumen-lumen kapiler. Kadang-kadang darah ini menumpuk menjadi kongesti atau menyebar ke jaringan menjadi hemoragi. Edema atau penumpukan darah pada kapiler sanggup mendorong telangiektasis. Telangiektasis terlihat berupa perbesaran lamela sekunder yang berbentuk menyerupai bola. Hiperplasia sel epitel pada lamela primer dan sekunder sanggup terjadi sebab terpapar biro fisik atau kimia. Hiperplasia sel mukus, menempelnya lamela-lamela sekunder, dan hiperplasia sel epitel lamela sekunder biasanya terjadi sebagai respon kronis sebab paparan bakteri, parasit, atau biro kimia. Pada kondisi kronis sekali lamela sekunder sudah tidak berbentuk normal lagi tetapi saling melekat sehingga lamela primer tampak menyerupai pemukul base ball. Kondisi ini biasa disebut clubing lamela insang (Hibiya 1995).
Lambung ikan umumnya berbentuk sigmoid yang melengkung dengan banyak lipatan pada dinding dalamnya. Lapisan otot lambung depan didominasi oleh otot bergaris melintang dan berganti otot licin pada belahan belakangnya. Terdapat sejumlah lapisan otot yang berbatas dengan suatu muskularis mukosa, dan lapisan-lapisan jaringan ikat, yang sering dipenuhi dengan sel-sel eosinofil. Mukosa lambung sangat berlendir yang dihasilkan oleh beberapa kelenjar pada belahan dasar dari lipatan-lipatan (Roberts 2001). Meskipun panjang usus ikan sanggup berbeda-beda sesuai dengan makanannya, tetapi kebanyakan usus ikan merupakan suatu tabung sederhana yang tidak sanggup bertambah diameternya untuk membentuk menyerupai kolon dibagian belakangnya. Usus sanggup lurus, melengkung atau bergulung-gulung sesuai dengan bentuk dari rongga perut ikan. Usus mempunyai suatu epitel silindris sederhana yang berlendir menutupi suatu sub-mukosa yang mengandung sel eosinofilik yang dibatasi oleh suatu lapisan muskularis mukosa yang rapat dan lapisan fibroelastik. Rektum pada ikan berdinding lebih tebal dari pada usus dan sangat berlendir serta sanggup sangat berkembang (Nabib dan Pasaribu 1989).
Hipertrofi lapisan mukosa juga sanggup terjadi sehingga lumen akan menyempit sebab vili-vili usus akan menebal. Pada kondisi kronis hal ini sanggup menyebabkan hiperplasia sel-sel goblet yang jumlahnya akan meningkat drastis. Beberapa kasus tumor lapisan usus dan kelenjar pencernaan sanggup kita temukan juga pada tampilan histopatologinya (Hibiya 1995).
Serabut otot halus panjang berbentuk gelendong. Otot ini berfungsi dalam kontraksi beberapa organ pencernaan dan membentuk struktur pembuluh darah, buluh empedu, dan buluh pankreas. Otot halus biasanya tersusun dari satu atau beberapa gelondong serabut otot. Di dalam beberapa lapisan terdapat fibroblast, kolagen, dan jaringan ikat lunak lainnya. Selain itu terdapat pembuluh darah dan serabut syaraf sebagai sistem koordinasi gerakan (Hibiya 1995).
Otot lurik merupakan komponen utama pembentuk daging pada ikan. Serabut otot lurik terdiri atas sarkoplasma, myofibril, nukleus dan sarkolema. Sarkoplasma mengisi ruang di antara myofibril. Terutama terdapat di sekitar nukleus dan bersahabat final dari inervasi syaraf serabut itu. Sarkoplasma yakni pemasok materi kuliner dan berperan penting dalam kontraksi otot. Nukleus berbentuk oval atau gelendong yang tajam dan bervariasi di dalam beberapa ukuran (Hibiya 1995).
Hasil investigasi histopatologi dan biokimia dari otot ikan ternyata terdapat sejumlah tipe serabut otot yang pada banyak spesies ikan tersusun dalam banyak kelompok-kelompok yang terpisah. Umumnya ada dua kelompok yaitu, kelompok muskularis lateralis superfisialis terdiri atas yang disebut otot merah dan kelompok muskularis lateralis profundus yang terdiri atas serabut-serabut putih. Serabut-serabut merah ini yakni serabut aerobik dan berdaya kontraksi lamban dan banyak pembuluh darah, serupa dengan serabut-serabut merah pada otot mamalia, sedangkan serabut-serabut putih yakni anaerob berdaya kontraksi cepat dan gampang menderita kerusakan. Diantara lapisan otot-otot merah dan putih terdapat serabut merah muda yang fungsinya berada diantara serabut-serabut merah dan putih. Serabut aerobik berarti dalam kontraksinya memerlukan oksigen sebagai materi bakar metabolismenya sedangkan serabut anaerobik tidak memakai oksigen (Nabib dan Pasaribu 1989).
Perubahan patologis yang terjadi pada otot antara lain perubahan serabut otot, perubahan nukleus sel otot, jerawat berawan (cloudy swelling), degenerasi hyalin, degenerasi granular, degenerasi lemak hingga nekrosa serabut otot. Infiltrasi sel-sel radang menandakan adanya reaksi patologis yang terjadi pada otot. Sel-sel radang yang tampak sanggup menandakan derajat keparahannya dan membantu memilih kausanya. Jenis-jenis sel radang yang sanggup ditemui antara lain limfosit, neutrofil, histiosit, dan fibroblast dari endomysium. Hemoragi pada jaringan dan kongesti pembuluh darah sanggup diidentifikasi dari adanya eritrosit pada preparat histopatologinya. Edema merupakan bentuk patologi sebab adanya penumpukan cairan pada rongga-rongga antar serabut otot. Edema akan menyebabkan lokasi antar serabut menjauh dan meregang (Hibiya 1995).
Insang ikan
Insang merupakan alat respirasi ikan menyerupai paru-paru pada mamalia atau binatang lainnya. Luas permukaan epitel insang hampir setara dengan luas total permukaan kulit, bahkan pada sebagian besar spesies ikan luas permukaan epitel insang ini jauh melebihi kulit. Fungsi lain dari insang yaitu mengatur homeostasis ikan. Lapisan epitel insang yang tipis dan berafiliasi eksklusif dengan lingkungan luar menyebabkan insang berpeluang besar terinfeksi penyakit. Insang juga berfungsi sebagai pengatur pertukaran garam dan air, pengeluaran limbah-limbah yang mengandung nitrogen. Kerusakan struktur yang ringan sekalipun sanggup sangat mengganggu pengaturan osmose dan kesulitan pernafasan (Nabib dan Pasaribu 1989).Insang terdiri dari dua rangkaian yang tersusun atas empat lengkungan tulang rawan dan tulang keras (holobrankhia) yang menyusun sisi faring. Masing-masing holobrankhia yang menonjol dari pangkal posterior lengkung insang. Hemibrankhia terdiri dari dua baris filamen tipis panjang yang disebut lamela primer. Lamela primer permukaannya mengalami ekspansi oleh adanya lamela sekunder yang merupakan lipatan semilunar yang menutupi permukaan dorsal dan ventral. Insang juga dilengkapi dengan lapisan sel-sel penghasil mukus dan sel-sel yang mengekresi amonia dan kelebihan garam. Pada belahan tepi tengah anterior dilengkapi stuktur (gill rakers) yang berperan menyaring partikel-partikel pakan (Roberts 2001).
Insang mempunyai beberapa glandula yang disebut dengan glandula brankhial. Glandula brankhial merupakan sel-sel epitel insang yang mengalami diferensiasi. Glandula tersebut yakni glandula mukosa dan glandula asidofilik (sel-sel khlorida). Glandula mukosa berupa sejumlah sel-sel tunggal berbentuk buah pear atau oval yang terletak pada lengkung insang, filamen insang maupun lamela sekunder. Glandula ini berfungsi menghasilkan mukus glikoprotein yang bersifat basa atau netral. Fungsi mukus tersebut antara lain: sebagai pertolongan atau proteksi, menurunkan terjadinya friksi atau gesekan, antipatogen, membantu pertukaran ion, membantu pertukaran gas dan air (Irianto 2005).
Perubahan Histopatologi pada Insang
Insang merupakan komponen utama sistem respirasi ikan. Beberapa perubahan histopatologi pada insang yang umum terjadi antara lain: perubahan regresif, anomali sirkulasi, dan perubahan progresif. Banyak biro patologis menyebabkan edema, vakuolasi, nekrosa lamela sekunder, dan sekresi mukus berlebihan hingga maut sel mukus. Umumnya edema akan disertai radang yang sanggup diketahui dari infiltrasi sel-sel radang sebagai reaksi pertahanan (Hibiya 1995).Secara mikroskopis pada lamela sekunder sanggup kita temukan eritrosit di dalam lumen-lumen kapiler. Kadang-kadang darah ini menumpuk menjadi kongesti atau menyebar ke jaringan menjadi hemoragi. Edema atau penumpukan darah pada kapiler sanggup mendorong telangiektasis. Telangiektasis terlihat berupa perbesaran lamela sekunder yang berbentuk menyerupai bola. Hiperplasia sel epitel pada lamela primer dan sekunder sanggup terjadi sebab terpapar biro fisik atau kimia. Hiperplasia sel mukus, menempelnya lamela-lamela sekunder, dan hiperplasia sel epitel lamela sekunder biasanya terjadi sebagai respon kronis sebab paparan bakteri, parasit, atau biro kimia. Pada kondisi kronis sekali lamela sekunder sudah tidak berbentuk normal lagi tetapi saling melekat sehingga lamela primer tampak menyerupai pemukul base ball. Kondisi ini biasa disebut clubing lamela insang (Hibiya 1995).
Sistem Pencernaan (Usus Ikan)
Sistem pencernaan ikan intinya terdiri dari dua belahan yaitu susukan pencernaan dan kelenjar pencernaan. Setiap spesies ikan mempunyai majemuk variasi susukan cerna dan kelenjarnya. Saluran pencernaan ikan terdiri dari rongga mulut, pharing, esofagus, lambung, dan usus. Pada ikan Cyprinids lambung hanya berupa ekspansi usus anterior. Struktur histologi susukan pencernaan ikan secara umum sama dengan struktur histologi vertebrata. Lapisan susukan pencernakan ikan terdiri dari mukosa, sub mukosa, muskularis, dan serosa. Lapisan mukosa terdiri dari epitel, lamina basalis, lamina propria, dan mukosa muskularis. Lapisan sub mukosa terdiri dari stratum kompaktum dan stratum granulosum. Lapisan muskularis merupakan lapisan otot yang terdiri dari otot sirkuler dan otot memanjang (Hibiya 1995).Lambung ikan umumnya berbentuk sigmoid yang melengkung dengan banyak lipatan pada dinding dalamnya. Lapisan otot lambung depan didominasi oleh otot bergaris melintang dan berganti otot licin pada belahan belakangnya. Terdapat sejumlah lapisan otot yang berbatas dengan suatu muskularis mukosa, dan lapisan-lapisan jaringan ikat, yang sering dipenuhi dengan sel-sel eosinofil. Mukosa lambung sangat berlendir yang dihasilkan oleh beberapa kelenjar pada belahan dasar dari lipatan-lipatan (Roberts 2001). Meskipun panjang usus ikan sanggup berbeda-beda sesuai dengan makanannya, tetapi kebanyakan usus ikan merupakan suatu tabung sederhana yang tidak sanggup bertambah diameternya untuk membentuk menyerupai kolon dibagian belakangnya. Usus sanggup lurus, melengkung atau bergulung-gulung sesuai dengan bentuk dari rongga perut ikan. Usus mempunyai suatu epitel silindris sederhana yang berlendir menutupi suatu sub-mukosa yang mengandung sel eosinofilik yang dibatasi oleh suatu lapisan muskularis mukosa yang rapat dan lapisan fibroelastik. Rektum pada ikan berdinding lebih tebal dari pada usus dan sangat berlendir serta sanggup sangat berkembang (Nabib dan Pasaribu 1989).
Perubahan Histopatologi pada Usus
Perubahan degeneratif yang sering terjadi pada susukan pencernaan ikan terutama usus yaitu atropi sel-sel epitel mukosa, nekrosa sel-sel epitel mukosa, dan deskuamasi sel epitel yang disertai infiltrasi sel limfosit ke lapisan lamina propia dan sub mukosa. Selain itu sanggup juga terjadi dilatasi lumen usus, perdarahan, dan kongesti atau pembendungan pembuluh darah. Ulser dan deskuamasi menyebabkan mukosa terlepas dari submukosanya disertai perdarahan. Hal ini sanggup terjadi sebab benalu atau benda absurd lainnya. Infiltrasi sel limfosit, leukosit, dan hipertrofi jaringan ikat akan mengikuti kelainan ini (Hibiya 1995).Hipertrofi lapisan mukosa juga sanggup terjadi sehingga lumen akan menyempit sebab vili-vili usus akan menebal. Pada kondisi kronis hal ini sanggup menyebabkan hiperplasia sel-sel goblet yang jumlahnya akan meningkat drastis. Beberapa kasus tumor lapisan usus dan kelenjar pencernaan sanggup kita temukan juga pada tampilan histopatologinya (Hibiya 1995).
Sistem Muskulosketel (otot)
Otot ikan menyerupai pada vertebrata tersusun atas bagian-bagian kecil yang disebut dengan serabut otot. Secara morfologi dan fungsi otot dibagi menjadi dua yaitu otot halus dan otot lurik. Otot lurik dibagi lagi menjadi otot tulang dan otot jantung. Otot tulang bekerja sama dengan tulang dalam sistem muskuloskeletal dan menyusun bentuk badan ikan. Otot halus sanggup ditemukan pada dinding pembuluh darah, susukan pencernaan, buluh empedu, dan buluh pankreas. Sedangkan otot lurik jantung merupakan otot khusus penyusun organ jantung (Hibiya 1995).Serabut otot halus panjang berbentuk gelendong. Otot ini berfungsi dalam kontraksi beberapa organ pencernaan dan membentuk struktur pembuluh darah, buluh empedu, dan buluh pankreas. Otot halus biasanya tersusun dari satu atau beberapa gelondong serabut otot. Di dalam beberapa lapisan terdapat fibroblast, kolagen, dan jaringan ikat lunak lainnya. Selain itu terdapat pembuluh darah dan serabut syaraf sebagai sistem koordinasi gerakan (Hibiya 1995).
Otot lurik merupakan komponen utama pembentuk daging pada ikan. Serabut otot lurik terdiri atas sarkoplasma, myofibril, nukleus dan sarkolema. Sarkoplasma mengisi ruang di antara myofibril. Terutama terdapat di sekitar nukleus dan bersahabat final dari inervasi syaraf serabut itu. Sarkoplasma yakni pemasok materi kuliner dan berperan penting dalam kontraksi otot. Nukleus berbentuk oval atau gelendong yang tajam dan bervariasi di dalam beberapa ukuran (Hibiya 1995).
Hasil investigasi histopatologi dan biokimia dari otot ikan ternyata terdapat sejumlah tipe serabut otot yang pada banyak spesies ikan tersusun dalam banyak kelompok-kelompok yang terpisah. Umumnya ada dua kelompok yaitu, kelompok muskularis lateralis superfisialis terdiri atas yang disebut otot merah dan kelompok muskularis lateralis profundus yang terdiri atas serabut-serabut putih. Serabut-serabut merah ini yakni serabut aerobik dan berdaya kontraksi lamban dan banyak pembuluh darah, serupa dengan serabut-serabut merah pada otot mamalia, sedangkan serabut-serabut putih yakni anaerob berdaya kontraksi cepat dan gampang menderita kerusakan. Diantara lapisan otot-otot merah dan putih terdapat serabut merah muda yang fungsinya berada diantara serabut-serabut merah dan putih. Serabut aerobik berarti dalam kontraksinya memerlukan oksigen sebagai materi bakar metabolismenya sedangkan serabut anaerobik tidak memakai oksigen (Nabib dan Pasaribu 1989).
Perubahan Histopatologi Pada Otot
Perubahan patologis pada otot ikan yang ditemukan intinya tidak berbeda jauh dengan perubahan patologis pada otot vertebrata. Hasil penelitian para andal patologi ikan ketika ini masih belum cukup untuk menjelaskan perubahan patologis yang terjadi. Oleh sebab itu penelitian patologi ikan masih sangat diperlukan. Perubahan serabut yang tidak menjadi terang sanggup menawarkan adanya kelainan. Perubahan ini sanggup terjadi sebagian atau menyeluruh tergantung derajat keparahannya.Perubahan patologis yang terjadi pada otot antara lain perubahan serabut otot, perubahan nukleus sel otot, jerawat berawan (cloudy swelling), degenerasi hyalin, degenerasi granular, degenerasi lemak hingga nekrosa serabut otot. Infiltrasi sel-sel radang menandakan adanya reaksi patologis yang terjadi pada otot. Sel-sel radang yang tampak sanggup menandakan derajat keparahannya dan membantu memilih kausanya. Jenis-jenis sel radang yang sanggup ditemui antara lain limfosit, neutrofil, histiosit, dan fibroblast dari endomysium. Hemoragi pada jaringan dan kongesti pembuluh darah sanggup diidentifikasi dari adanya eritrosit pada preparat histopatologinya. Edema merupakan bentuk patologi sebab adanya penumpukan cairan pada rongga-rongga antar serabut otot. Edema akan menyebabkan lokasi antar serabut menjauh dan meregang (Hibiya 1995).
Bacaan Selanjutnya: IDENTIFIKASI, TAKSONOMI DAN KLASIFIKASI IKAN KARANG |
Belum ada Komentar untuk "Nih Hisitopatologi Pada Insang Usus Dan Otot Ikan"
Posting Komentar