Nih Zonasi, Struktur Vegetasi Dan Pembiasaan Cara Hidup Mangrove
Zonasi Penyebaran Mangrove
Jika diperhatikan di daerah yang makin mengarah ke darat dari maritim terdapat zonasi penguasaaan oleh jenis-jenis mangrove yang berbeda. Dari arah maritim menuju kedaratan terdapat pergantian jenis mangrove yang secara secara umum dikuasai menguasai masing-masing habitat zonasinya. Mangrove yang kondisinya jelek alasannya ialah terganggu, atau terdapat pada daerah pantai yang sempit, tidak menawarkan keteraturan dalam pembagian jenis pohon dan zonasi di sepanjang pantai. Fenomena zonasi ini belum sepenuhnya difahami dengan jelas. Faktor-faktor yang menghipnotis pembagian zonasi terkait dengan respons jenis tumbuhan terhadap salinitas, pasang-surut dan keadaan tanah (Nybakken,1992).
Kondisi tanah mempunyai bantuan besar dalam membentuk zonasi penyebaran tumbuhan dan binatang menyerupai perbedaan spesies kepiting dan kondisi tanah yang berbeda. Api-apai dan pedada tumbuh sesuai dengan zona berpasir, bakau cocok ditanah lembek berlumpur dan kaya humus sedangkan tancang menyukai tanah lempung dan sedikit nahan organik. Keadaan morfologi tanaman, daya apung dan cara penyebaran bibitnya serta persaingan antar spesies, merupakan faktor lain dalam zonasi ini (Nybakken,1992).
Formasi hutan mangrove yang terbentuk di daerah mangrove biasanya didahului oleh jenis pohon pedada dan api-api sebagai pionir yang memagari daratan dari kondisi maritim dan angin. Jenis-jenis ini bisa hidup di tempat yang biasa terendam air waktu pasang alasannya ialah mempunyai akar pasak. Pada daerah berikutnya yang lebih mengarah ke daratan dan banyak ditumbuhi jenis mangrove (Rhizophora sp.). daerah ini tidak selalu terendam air, hanya adakala saja terendam air. Pohon tancang tumbuh di daerah berikutnya makin menjauhi laut, ke arah daratan. Daerah ini tanahnya agak keras alasannya ialah hanya sesekali terendam air yaitu pada ketika pasang yang besar dan permukaan maritim lebuh tinggi dari biasanya (Nybakken,1992).
Umumnya diperbatasan daerah maritim didominaisi jenis mangrove pionir Avicennia spp. dan Sonneratia spp. Di pinggiran atau bantaran muara sungai, Rhizophora spp. yang menempati. Di belakang zona ini merupakan zona gabungan jenis mangrove menyerupai Rhizophora spp., Sonneratia spp., Bruguiera spp., dan jenis pohon yang berasosiasi dengan mangrove menyerupai tingi (Ceriops sp.) dan panggang (Excoecaria sp.). Di sepanjang sungai dibagian muara biasanya dijumpai pohon nipah (Nypa fruticans) (Nybakken,1992).
Pohon mangrove mempunyai bentuk perakaran yang khas, misalnya: (1) bertipe cakar ayam yang mempunyai pneumatofora (misal: Avicennia spp., Xylocarpus spp., dan Sonneratia spp.) untuk mengambil oksigen dari udara.
(2) bertipe penyangga/ tongkat yang mempunyai lentisel (misalnya: Rhizophora spp.)
Adaptasi Terhadap Kadar Garam Tinggi
- Memiliki sel-sel khusus dalam daun yang berfungsi untuk menyimpan garam.
- Berdaun tebal dan berpengaruh yang banyak mengandung air untuk mengatur kesetimbangan garam.
- Daunnya mempunyai struktur stomata khusus untuk mengurangi penguapan.
- Adaptasi Terhadap Tanah yang Kurang Stabil dan Adanya Pasang-Surut
Mengembangkan struktur akar yang sangat ekstentif dan membentuk jaringan horizontal yang lebar. Di samping untuk memperkokoh pohon, akar tersebut juga berfungsi untuk hara dan menahan sedimen (Nybakken,J.W.1992).
Vegetasi hutan mangrove di Indonesia mempunyai keanekaragaman jenis yang tinggi, dengan jumlah jenis tercatat sebanyak 202 jenis yang terdiri atas 89 jenis pohon, 5 jenis palem, 19 jenis liana, 44 jenis epifit, dan 1 jenis sikas. Namun demikian hanya terdapat kurang dari 47 jenistumbuhan yang spesifik hutan mangrove. Paling tidak di dalam hutan mangrove terdapat salah satu jenis tumbuhan sejati penting/dominan yang termasuk ke dalam empat famili : Rhizophoraceae (Rhizophora, Bruguiera, Ceriops), Sonneratiaceae (Sonneratia), Avicenniaceae (Avicenia), dan Meliaceae (Xylocarpus)(Romimohtarto,.2001).
Karakteristik habitat Hutan mangrove
- Umumnya tumbuh didaerah intertidal yang jenis tanahnya berlumpur, berlempung atau berpasir.
- Daerahnya tergenang oleh air maritim secara berkala, baik setiap hari maupun hanya setengah tergenang pada ketika pasang purnama.
- Frekuensi genangan memilih komposisi vegetasi hutan mangrove.
- Menerima pasokan air tawar yang cukup dari darat.
- Terlindung dari gelombang besar dan arus pasang surut yang kuat.
- Air bersalinitas payau (2-22 permil) sampai asin (mencapai 38 permil) (Romimohtarto,.2001).
Hutan mangrove banyak ditemukan di pantai – pantai teluk yang dangkal, estuaria, delta dan daerah pantai yang terlindungi, Sebagai pola di Bali yang dimana diketahui Ronaldo dipercayai sebagai duta mangrove Indonesia. Jenis mangrove tertentu, menyerupai Bakau (Rhizophora sp.) dan Tancang (Bruguiera sp.) mempunyai daur yang khusus, diawali dari benih yang ketika masih pada tumbuhan induk berkecambah dan mulai tumbuh di dalam semaian tanpa istirahat. Selama waktu ini, semaian memanjang dan distribusi berat berubah, sehingga menjadi lebih berat pada bab terluar dan kesannya lepas. Selanjutnya semalam ini kemudian terbawa oleh pedoman air ke perairan pantai yang cukup dangkal, dimana ujung akarnya sanggup mencapai dasar perairan, untuk selanjutnya akarnya dipancangkan dan secara sedikit demi sedikit tumbuh menjadi pohon (Nybakken,1992).
Kondisi tanah mempunyai bantuan besar dalam membentuk zonasi penyebaran tumbuhan dan binatang menyerupai perbedaan spesies kepiting dan kondisi tanah yang berbeda. Api-apai dan pedada tumbuh sesuai dengan zona berpasir, bakau cocok ditanah lembek berlumpur dan kaya humus sedangkan tancang menyukai tanah lempung dan sedikit nahan organik. Keadaan morfologi tanaman, daya apung dan cara penyebaran bibitnya serta persaingan antar spesies, merupakan faktor lain dalam zonasi ini (Nybakken,1992).
Formasi hutan mangrove yang terbentuk di daerah mangrove biasanya didahului oleh jenis pohon pedada dan api-api sebagai pionir yang memagari daratan dari kondisi maritim dan angin. Jenis-jenis ini bisa hidup di tempat yang biasa terendam air waktu pasang alasannya ialah mempunyai akar pasak. Pada daerah berikutnya yang lebih mengarah ke daratan dan banyak ditumbuhi jenis mangrove (Rhizophora sp.). daerah ini tidak selalu terendam air, hanya adakala saja terendam air. Pohon tancang tumbuh di daerah berikutnya makin menjauhi laut, ke arah daratan. Daerah ini tanahnya agak keras alasannya ialah hanya sesekali terendam air yaitu pada ketika pasang yang besar dan permukaan maritim lebuh tinggi dari biasanya (Nybakken,1992).
Umumnya diperbatasan daerah maritim didominaisi jenis mangrove pionir Avicennia spp. dan Sonneratia spp. Di pinggiran atau bantaran muara sungai, Rhizophora spp. yang menempati. Di belakang zona ini merupakan zona gabungan jenis mangrove menyerupai Rhizophora spp., Sonneratia spp., Bruguiera spp., dan jenis pohon yang berasosiasi dengan mangrove menyerupai tingi (Ceriops sp.) dan panggang (Excoecaria sp.). Di sepanjang sungai dibagian muara biasanya dijumpai pohon nipah (Nypa fruticans) (Nybakken,1992).
Adaptasi Pohon Mangrove
Adaptasi Terhadap Kadar Oksigen RendahPohon mangrove mempunyai bentuk perakaran yang khas, misalnya: (1) bertipe cakar ayam yang mempunyai pneumatofora (misal: Avicennia spp., Xylocarpus spp., dan Sonneratia spp.) untuk mengambil oksigen dari udara.
(2) bertipe penyangga/ tongkat yang mempunyai lentisel (misalnya: Rhizophora spp.)
Adaptasi Terhadap Kadar Garam Tinggi
- Memiliki sel-sel khusus dalam daun yang berfungsi untuk menyimpan garam.
- Berdaun tebal dan berpengaruh yang banyak mengandung air untuk mengatur kesetimbangan garam.
- Daunnya mempunyai struktur stomata khusus untuk mengurangi penguapan.
- Adaptasi Terhadap Tanah yang Kurang Stabil dan Adanya Pasang-Surut
Mengembangkan struktur akar yang sangat ekstentif dan membentuk jaringan horizontal yang lebar. Di samping untuk memperkokoh pohon, akar tersebut juga berfungsi untuk hara dan menahan sedimen (Nybakken,J.W.1992).
Struktur Vegetasi dan Daur Hidup Mangrove
Hutan mangrove mencakup pohon-pohonan dan semak yang tersiri atas 12 genera tumbuhan berbunga (Avicennia, Sonneratia, Rhizophora, Bruguiera, Ceriops, Xylocarpus, Lumnitzera, Aegiceras, Aegitilis, Snaeda dan Conocarpus) yang termasuk kedalam delapan family ( Romimohtarto,K dan Juwana,Sri.2001)Vegetasi hutan mangrove di Indonesia mempunyai keanekaragaman jenis yang tinggi, dengan jumlah jenis tercatat sebanyak 202 jenis yang terdiri atas 89 jenis pohon, 5 jenis palem, 19 jenis liana, 44 jenis epifit, dan 1 jenis sikas. Namun demikian hanya terdapat kurang dari 47 jenistumbuhan yang spesifik hutan mangrove. Paling tidak di dalam hutan mangrove terdapat salah satu jenis tumbuhan sejati penting/dominan yang termasuk ke dalam empat famili : Rhizophoraceae (Rhizophora, Bruguiera, Ceriops), Sonneratiaceae (Sonneratia), Avicenniaceae (Avicenia), dan Meliaceae (Xylocarpus)(Romimohtarto,.2001).
Karakteristik habitat Hutan mangrove
- Umumnya tumbuh didaerah intertidal yang jenis tanahnya berlumpur, berlempung atau berpasir.
- Daerahnya tergenang oleh air maritim secara berkala, baik setiap hari maupun hanya setengah tergenang pada ketika pasang purnama.
- Frekuensi genangan memilih komposisi vegetasi hutan mangrove.
- Menerima pasokan air tawar yang cukup dari darat.
- Terlindung dari gelombang besar dan arus pasang surut yang kuat.
- Air bersalinitas payau (2-22 permil) sampai asin (mencapai 38 permil) (Romimohtarto,.2001).
Hutan mangrove banyak ditemukan di pantai – pantai teluk yang dangkal, estuaria, delta dan daerah pantai yang terlindungi, Sebagai pola di Bali yang dimana diketahui Ronaldo dipercayai sebagai duta mangrove Indonesia. Jenis mangrove tertentu, menyerupai Bakau (Rhizophora sp.) dan Tancang (Bruguiera sp.) mempunyai daur yang khusus, diawali dari benih yang ketika masih pada tumbuhan induk berkecambah dan mulai tumbuh di dalam semaian tanpa istirahat. Selama waktu ini, semaian memanjang dan distribusi berat berubah, sehingga menjadi lebih berat pada bab terluar dan kesannya lepas. Selanjutnya semalam ini kemudian terbawa oleh pedoman air ke perairan pantai yang cukup dangkal, dimana ujung akarnya sanggup mencapai dasar perairan, untuk selanjutnya akarnya dipancangkan dan secara sedikit demi sedikit tumbuh menjadi pohon (Nybakken,1992).
Next Spot: Fungsi Hutan Mangrove |
Belum ada Komentar untuk "Nih Zonasi, Struktur Vegetasi Dan Pembiasaan Cara Hidup Mangrove"
Posting Komentar